Tuesday, January 11, 2011

profesi kependidikan - KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Pengertian dan Unsur Kepemimpinan Pendidikan
Istilah “kepemimpinan pendidikan” dibentuk oleh dua konsep, pendidikan yakni dalam arti lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung dan menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu. Kemudian kepemimpinan, bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia. Diantaranya dijelaskan pada pengertian dibawah ini :
a. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa seseorang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
b. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. (Ralp M. Stogdill).
c. Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. (Sondang P. Siagian).
d. Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan. (Robert Dubin).
e. Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok. (Fred E. Fiedler).
Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu phenomena kemampuan seseorang dalam menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain dalam kerjasama pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan filosofi kepemimpinan yang (pada dasarnya) menjunjung tinggi asas hubungan kemanusiaan (Human Relation Ship).
Untuk menjadi seorang pemimpin harus memenuhi syarat-syarat sebagai seorang pemimpin pendidikan, yaitu :
• Rendah hati dan sederhana
• Bersifat suka menolong
• Sabar dan memiliki kestabilan emosi
• Percaya kepada diri sendiri
• Jujur, adil dan dapat dipercaya
• Keahlian dalam jabatan
• Kepemimpinan
• Kepribadian
• Sikap sosial
• Manajerial
• Supervisi
• Kewirausahaan
Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, seorang pemimpin pendidikan dipengaruhi oleh factor-faktor yang mewarnai pola kepemimpinan, diantaranya :
1. Factor Ilegal
Pemimpin pendidikan akan berhadapan dengan peratuan-peraturan formal dari instansi sturuktural yang berada diatasnya. Misalnya falsafat pancasila, undang undang 1945, Keputusan President, keputusan menteri, serta undang-undang lainnya akan mempengaruhi pola kepemimpinan pendidikan. Demikian pula dalam kaitannya dengan standar yang berkaitan dengan pengangkatannya sebagai pemimpin pendidikan (Mis; Sertifikasi, Pola penyeleksian, Kualifikasi Professional).
2. Kondisi Social Ekonomi dan Konsep-Konsep Pendidikan.
Factor ini memungkinkan tersedianya sumber-sumber dan fasilitas pendidikan dalam memperlancar proses pendidikan termasuk pemahaman pemimpin terhadap tujuan pendidikan yang akan mewarnai tindakan kepemimpinannya.
3. Hakekat dan Ciri Sekolah
Merupakan factor yang berkaitan dengan ciri dan hakikat para staf, murid dan jenis sekolah, system administrasi, kurikulum dan pendekatan yang digunakan dalam system pendidikan.
4. Kepribadian Pemimpin Pendidikan dan Latihan-Latihan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa individu (pemimpin) membawa sesuatu dalam jabatannya. Energy, loyalitas, paradigma dan atribut professional yang melekat padanya akan berpengaruh terhadap system kepemimpinan. Selain itu, pendidikn tambahan dan latihan-latihan juga akan memperkaya jabatan kepemimpinannya.
5. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan.
Tugas kepemimpinan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai perubahan teori dan metode aktifitas belajar, konsep-konsep pertumbuhan dan perkembangan anak membawa implikasi terhadap prosedur pengajaran dikelas. Prubahan dan perkembangan kurikulum juga menghendaki persiapan kepemimpinan dan keterampilan kepemimpinan yang baru. Perubahan dalam teori-teori pendidikan akan mengubah strategi pengelolaan dan kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan menjalankan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pada situasi tertentu. Maka, seorang pemimpin adalah orang yang member inspirasi, membujuk, mempengaruhi dan memotivasi anggota dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan. Sebagai barometer kepemimpinan, unsur-unsur kekuatan diantaranya :
a. Inspirasi, merupakan unsur tertinggi dari kepemimpinan, seorang pemimpin haris mempunyai daya tarik personal atau menjadi suru tauladan agar bisa memberi inspirasi.
b. Persuasi, adalah aspek penting dari peran seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus bisa mengubah pikiran bawahannya atau bertindak tegas.
c. Pengaruh, sering didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Motivasi, merupakan bagian inti dari tugas pemimpin. Motivasi adalah tantangan utama yang sudah ada sejak lama di dalam tugas kepemimpinan yang mengacu kepada prilaku actual.



B. Fungsi Kepemimpinan Kependidikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan secara umum adalah kelompok-kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain:
a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa kebebasan.
b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling efektif dan praktis
Sedangkan menurut Wahyu sumodjo (1989), fungsi kepemimpinan ada empat kelompok :
1) Mendefinisikan manusia dan peraturan organisasi
2) Mengejawantahkan/mewujudkan tujuan oragnisasi
3) Mempertahankan keuntungan organisasi
4) Mengendalikan konflik internal yang terjadi dalam organisasi
Menurut Baharuddin (1994), fungsi kepemimpinan ada dua kelompok, yaitu :
1) Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang akan dicapai
Soetopo (1984) merinci lagi fungsi ini, yaitu :
 Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok
 Memberi dorongan dan penjelasan kepada anggota kelompok supaya dapat menyusun rencana dengan baik
 Membantu anggota mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan
 Mendorong anggota melahirkan perasaan dan pikirannya dalam pemecahan masalah
2) Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan setiap kegiatan dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan suasana kerja yang menyenangkan.

C. Tipe Gaya Kependidikan
Berdasarkan konsep, sikap, sifat dan cara-cara pemimpin melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe, yaitu:
1. Tipe otoriter, disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Di dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
2. Tipe “Laissez-Faire”, dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin.
3. Tipe demokratis, pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompoknya bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya.
4. Tipe Pseudo-demokratis, tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin tipe ini hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya ia bersikap otokrasi. Maksudnya pemimpin menganggap dirinya sebagai pemimpin yang demokratis, tetapi sebenarnya ia adalah pemimpin yang memanipulasi demokrasi, menganut demokrasi semu dan lebih mengarah ke kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan Kepala Sekolah ialah dengan mempelajari pendekatan kepemimpinan yang digunakan dan tipe atau gaya kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Sepanjang pengamatan para ahli, maka cara seseorang pemimpin melakukan kepemimpinan itu dapat digolongkan atas beberapa golongan antara lain :

a. Secara otokratis
1) Kepemimpinan secara otokratis artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai milik sendiri.
2) Ia bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai bawahan dan merupakan alat, bukan manusia. Cara menggerakkan para anggota organisasi dengan unsur-unsur paksaan dan ancaman-ancaman pidana.
3) Bawahan adalah hanya menurut dan menjalankan perintah-perintah atasan serta tidak boleh membantah, karena pemimpin secara ini tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
4) Rapat-rapat atau musyawarah tidak dikehendaki. Berkumpul atau berapat hanya untuk menyampaikan instruksi-instruksi atau perintah-perintah.
5) Kepemimpinan yang bersifat otokratis dikendalikan oleh seorang pemimpin yang mempunyai perasaan harga diri yang besar sekali. Bawahannya dianggap bodoh, tidak berpengalaman dan selayaknya dituntun dengan sebaik-baiknya. Pemimpin merasa dirinya orang yang terpandai dalam bagiannya.
b. Secara militeristis
Seorang pemimpin yang bersifat militeristis, yaitu pemimpin yang memiliki sifat-sifat antara lain seperti dibawah ini :
1) Untuk menggerakkan bawahannya ia menggunakan system perintah yang biasa digunakan dalam ketentaraan.
2) Gerak-geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya
3) Senang akan formalitas yang berlebih-lebihan
4) Menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya
5) Tidak menerima kritik dari bawahannya
6) Senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan, dsb.
c. Secara Paternalistis
1) Cara ini boleh dikatakan untuk seorang pemimpin yang bersifat ‘Kebapakan’, ia menganggap anak buahnya sebagai ‘anak’ atau manusia yang belum dewasa yang dalam segala hal masih membutuhkan bantuan dan perlindungan, yang kadang-kadang perlindungan yang berlebih-lebihan.
2) Dengan demikian maka pemimpin macam ini jarang atau tidak memberikan sama sekali kepada anak buahnya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif atau mengambil keputusan. Anak-anak buahnya jarang sekali diberi kesempatan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
3) Pemimpin semacam ini tidak ada sifat keras atau kejam terhadap mereka yang dipimpin, bahkan hampir dalam segala hal sikapnya baik dan ramah, walaupun ada sifat yang negative padanya yang bersifat sok maha tahu.
4) Seorang pemimpin seperti ini dalam hal-hal yang tertentu amat diperlukan, akan tetapi sebagai pemimpin pada umumnya kurang baik.
d. Secara Kharismatis
“Sebenarnya kurang tepat kalau dikatakan ‘menjalankan kepemimpinan secara kharismatis’, atau pemimpin yang kharismatis. Sulit untuk menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki charisma, yang jelas adalah bahwa pemimpin itu mempunyai ‘daya tarik’ yang amat besar, sehingga pengikutnya amat besar pula jumlahnya, akan tetapi susah dijelaskan mengapa mereka itu menjadi pengikut pemimpin tersebut. Kepatuhan dan kesetiaan para pengikut rupa-rupanya timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang dicintai, dihormati, disegani dan dikagumi, bukan semata-mata benar tidaknya tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin.
e. Secara ‘laisses Faire’ atau secara bebas
1) Melaksanakan pimpinan secara ini dapat diartikan “membiarkan anak-anak buahnya untuk berbuat sekehendak sendiri-sendiri”
2) Petunjuk-petunjuk, pengawasan dan control kegiatan dan pekerjaan anak buahnya tidak diadakan. Pembagian tugas, cara bekerjasama saran-saran dari pimpinan tidak ada, sedangkan kekuasaan dan tanggung jawab jalannya simpangsiur, sehingga keadaannya tidak mudah dikendalikan dan akibatnya terjadi kekacauan.
3) Melakukan kepemimpinan secara ini biasanya tidak kelihatan ada organisasi dan segala sesuatu dilakukan tanpa rencana dari pimpinan.
4) Pada hakikatnya disini pemimpin itu tidak memimpin tetapi membiarkan bawahan bekerja sesuka-sukanya. Pemimpin hanya mempunyai tugas representative : untuk dunia luar ia adalah kepala bagian, tetapi pada umumnya ia tidak memberi sesuatu bentuk kepala bagian yang dipimpinnya itu. Pemimpin tidak mempunyai kepribadian yang kokoh. Ia kurang cakap memimpin bahkan dapat dipengaruhi.
5) Para anggota diberikan kebebasan sepenuhnya, maka proses pengembalian keputusan menjadi lambat bahkan sering tidak berkeputusan.
f. Secara Demokrasi
1) Cara ini lazimnya dipandang sebagai kebalikan daripada cara kepemimpinan yang otokratis.
2) Cara demokratis perlakuannya bersifat kerakyatan atau persaudaraan, mengharapkan kerjasama dengan anak buahnya yang tidak dipandang sebagai alat, tetapi dianggap sebagai manusia.
3) Mau menerima saran-saran dari anak buah dan bahkan kritik-kritik dimintanya dari mereka demi suksesnya pekerjaan bersama.
4) Ia memberi kebebasan yang cukup kepada anak buahnya, karena menaruh kepercayaan yang cukup bahwa mereka itu akan berusaha sendiri menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Segala usaha ditujukan untuk membuat bawahannya senantiasa mencapai hasil yang lebih baik dari ia sendiri.
5) Cara untuk mencapai hasil baik ini seorang pemimpin demokrasi senantiasa berusaha memupuk kekeluargaan dan persatuan, membangun semangat dan kegairahan bekerja pada anak buahnya.
















DAFTAR PUSTAKA
http://mapanziahmad.wordpress.com/2009/11/26/kepemimpinan-kependidikan/
http://amcreative.wordpress.com/kekuasaan-kepemimpinan/
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/forum/viewtopic.php?id=89
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2025065-pengertian-kepemimpinan/
http://subhan.ucoz.com/blog/tipe_tipe_pemimpin/2010-02-05-5

No comments:

Post a Comment